JAKARTA
Wakil Menteri Pendidikan Nasional Fasli Jalal membenarkan adanya jutaan anak yang tidak melanjutkan sekolah setelah lulus dari jenjang sekolah menengah pertama (SMP). Menurut dia, jutaan anak tidak melanjutkan pendidikan tersebut karena berbagai alasan, seperti kesulitan ekonomi, pernikahan dini, dan akses ke sekolah yang jauh. Jumlahnya mencapai 1,2 juta dari 3,7 juta lulusan SMP/MTs yang lulus tahun ini.
"Sebenarnya lulusan wajib belajar kita itu sekitar 3,7 juta anak yang lulus dari SMP/MTs. Dari angka tersebut, lebih dari 1,2 juta anak yang tidak melanjutkan karena berbagai alasan. Sementara itu, yang lainnya melanjutkan ke SMA, SMK, ataupun MA, dan jumlah kecil lainnya melanjutkan mengambil paket C," kata Fasli, Senin (4/7/2011) malam, di Jakarta.
Diberikan pelatihan khusus
Kementerian Pendidikan Nasional akan menjadikan para siswa yang tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA ini sebagai sasaran program life skills yang diselenggarakan Kemdiknas. Life skills adalah program pendidikan nonformal. Program ini untuk menjangkau mereka yang telah menyelesaikan wajib belajar sembilan tahun, tetapi tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Dalam program life skills, para jebolan SMP itu akan dilatih dan dibekali dengan berbagai macam keterampilan. Kemdiknas menyiapkan sekurang-kurangnya 148 jenis pelatihan.
Tak hanya itu, direktorat kursus Kemdiknas secara khusus menyediakan dana bantuan untuk menyokong suksesnya program life skills tersebut.
"Kami menyiapkan anak-anak itu dengan menjadikan mereka sasaran program life skills. Program nonformal yang menjangkau anak-anak. Kami beri perhatian, pelatihan seperti otomotif, elektronik, menjahit, atau apa saja," ujar Fasli.
Direktorat Kursus, kata Fasli, khusus menyediakan dana untuk training provider yang menjamin anak dari keluarga kurang mampu dan tidak melanjutkan sekolah. Training provider ini adalah mereka yang sudah mempunyai rekam jejak dan sudah melahirkan kompetensi yang dijanjikan. Training provider ini akan menjamin persentase tertentu, seperti harus diterima bekerja.
"Begitu ada kesepakatan tersebut, kami akan bayar per kapita. Ada yang Rp 2,5 juta per anak. Jika ada 50 anak, berarti 50 dikali Rp 2,5 juta," ujarnya.
Meski begitu, ia mengaku saat ini Kemdiknas belum mampu menjangkau seluruh anak yang tidak melanjutkan ke jenjang SMA. Ia berharap setelah wajib belajar sembilan tahun tuntas, relevan, dan bermutu, wajib belajar 12 tahun akan terealisasi. Salah satu caranya dengan membuka dan membangun SMA/SMK sederajat lebih banyak.
"Yang kami lakukan saat ini jumlahnya belum mencapai 1,2 juta anak itu. Kami hanya mampu menjangkau beberapa ratus ribu anak. Namun, intinya yang kami harapkan adalah membantu memudahkan mereka menyesuaikan dirinya dari dunia sekolah ke dunia kerja melalui pelatihan-pelatihan tersebut," ungkap Fasli./kompas.com
Wakil Menteri Pendidikan Nasional Fasli Jalal membenarkan adanya jutaan anak yang tidak melanjutkan sekolah setelah lulus dari jenjang sekolah menengah pertama (SMP). Menurut dia, jutaan anak tidak melanjutkan pendidikan tersebut karena berbagai alasan, seperti kesulitan ekonomi, pernikahan dini, dan akses ke sekolah yang jauh. Jumlahnya mencapai 1,2 juta dari 3,7 juta lulusan SMP/MTs yang lulus tahun ini.
"Sebenarnya lulusan wajib belajar kita itu sekitar 3,7 juta anak yang lulus dari SMP/MTs. Dari angka tersebut, lebih dari 1,2 juta anak yang tidak melanjutkan karena berbagai alasan. Sementara itu, yang lainnya melanjutkan ke SMA, SMK, ataupun MA, dan jumlah kecil lainnya melanjutkan mengambil paket C," kata Fasli, Senin (4/7/2011) malam, di Jakarta.
Diberikan pelatihan khusus
Kementerian Pendidikan Nasional akan menjadikan para siswa yang tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA ini sebagai sasaran program life skills yang diselenggarakan Kemdiknas. Life skills adalah program pendidikan nonformal. Program ini untuk menjangkau mereka yang telah menyelesaikan wajib belajar sembilan tahun, tetapi tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Dalam program life skills, para jebolan SMP itu akan dilatih dan dibekali dengan berbagai macam keterampilan. Kemdiknas menyiapkan sekurang-kurangnya 148 jenis pelatihan.
Tak hanya itu, direktorat kursus Kemdiknas secara khusus menyediakan dana bantuan untuk menyokong suksesnya program life skills tersebut.
"Kami menyiapkan anak-anak itu dengan menjadikan mereka sasaran program life skills. Program nonformal yang menjangkau anak-anak. Kami beri perhatian, pelatihan seperti otomotif, elektronik, menjahit, atau apa saja," ujar Fasli.
Direktorat Kursus, kata Fasli, khusus menyediakan dana untuk training provider yang menjamin anak dari keluarga kurang mampu dan tidak melanjutkan sekolah. Training provider ini adalah mereka yang sudah mempunyai rekam jejak dan sudah melahirkan kompetensi yang dijanjikan. Training provider ini akan menjamin persentase tertentu, seperti harus diterima bekerja.
"Begitu ada kesepakatan tersebut, kami akan bayar per kapita. Ada yang Rp 2,5 juta per anak. Jika ada 50 anak, berarti 50 dikali Rp 2,5 juta," ujarnya.
Meski begitu, ia mengaku saat ini Kemdiknas belum mampu menjangkau seluruh anak yang tidak melanjutkan ke jenjang SMA. Ia berharap setelah wajib belajar sembilan tahun tuntas, relevan, dan bermutu, wajib belajar 12 tahun akan terealisasi. Salah satu caranya dengan membuka dan membangun SMA/SMK sederajat lebih banyak.
"Yang kami lakukan saat ini jumlahnya belum mencapai 1,2 juta anak itu. Kami hanya mampu menjangkau beberapa ratus ribu anak. Namun, intinya yang kami harapkan adalah membantu memudahkan mereka menyesuaikan dirinya dari dunia sekolah ke dunia kerja melalui pelatihan-pelatihan tersebut," ungkap Fasli./kompas.com
0 comments:
Posting Komentar