Minggu, 16 Januari 2011

Mereka yang “TERSISIHKAN”


Wajar Dikdas 9 tahun tiada lain agar anak Indonesia tidak ada alasan lagi untuk tidak bersekolah. Namun, kenyataannya berdasarkan temuan di lapangan tepatnya di simpang empat jalan raya Pemkab. Bandung disana terdapat dua anak diusia yang seharusnya masih duduk di bangku sekolah tingkat SLTP. Mereka berdua baru jebolan kelas 6 SDN Pangauban – Katapang, ketika dihampiri Jelajah, kedua anak tersebut sempat berbincang yang satu Toni dan satu lagi Aris, saat itu sedang ngamen.
Kilah mereka berdua, ingin lanjut sekolah namun nasib dan faktor ekonomi orang tua yang tidak memadai dan mengharuskan mereka membantu menyambung hidup keluarganya. Orang tua Aris bekerja sebagi pedagang keliling gorengan sedangkan ayah Toni bekerja sebagi buruh harian lepas sopir.
Dia sempat paparkan hasil pendapatan dari mengamen terkadang mencapai Rp. 20 ribu / hari, dengan keluguannya mereka katakan “ Sebagian untuk jajan dan sebagian lagi untuk diberikan pada ibu “ ungkap mereka sambil berkaca matanya sedih menghadapi hidup ini tiada tempat untuk mengadu.
Ironis sekali, masa depan mereka masih suram, hanya mungkin menunggu keajaiban dan sebuah harapan atau mimpi yang menjadi kenyataan. Waktu berlalu dengan cepat begitu pula dengan perkembangan zaman, bila telah tersisihkan sulit untuk bisa bersaing, tertinggal dan tertinggallah selamanya, bangkit hanyalah sebuah mimpi buruk yang tak kan pernah terwujud.
Sebuah sistem menjadi jurang curam pemisah hanyalah bahasa yang indah terdengar bagaikan nyanyian sunyi yang tiada nampak.(BJ.001)

0 comments:

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls